Winter in Tokyo [Part 13]

wintera novel by Ilana Tan

Winter in Tokyo [Part 13]

Choi Minho || Choi Sulli || Lee Jonghyun || Lee Soo Man || OC

Genre : Romance, Drama, Friendship, Sad/Hurt

Lenght : Chaptered

Tiga Belas

MENURUT Paman aku sudah tinggal di Seoul selama satu bulan terakhir, pikir Minho sambil mengenakan jaket. Tetapi ia tidak ingat apa-apa. Hal terakhir yang diingatnya adalah ia masih berada di apartemennya di New York, galau karena mendengar berita pernikahan Kwon Yuri, berpikir sebaiknya ia pergi dari New York untuk sementara waktu. Hanya sampai di situ ingatannya.

Tetapi Minho merasa sepertinya ia punya alasan bagus kenapa selama ini ia tinggal di Seoul. Pasti ada alasannya. Mungkin alasan awalnya adalah untuk menghindari Yuri, juga menjernihkan pikiran, tapi pamannya berkata Minho pernah menyebut-nyebut soal menetap dan bekerja di Seoul, bahkan katanya ia berencana mengadakan pameran hasil karyanya.

Benarkah?

Minho menghela napas pelan dan memejamkan mata. Kepalanya selalu bertambah sakit setiap kali ia mencoba mengingat-ingat. Ia membuka mata dan mengamati bayangannya di cermin. Sudah hampir seminggu ia dirawat di rumah sakit ini. Kini ia terlihat sehat. Kata dokter luka-luka di tubuhnya akan segera sembuh.

Minho melirik meja kecil di samping tempat tidur. Kameranya terletak di sana, di samping serenceng kunci. Pamannya menemukan kedua benda itu di dalam mobil yang dipinjam Minho pada saat terjadinya kecelakaan. Minho mengenali kameranya, tetapi tidak tahu-menahu soal kunci itu.

“Aku yakin kamera ini milikmu,” kata pamannya dua hari yang lalu, ketika ia menyerahkan kamera, kunci, dan bungkusan itu kepada Minho. “Kalau soal kunci, aku tidak yakin.”

“Kelihatannya seperti kunci pintu rumah,” gumam Minho sambil memperhatikan-nya. Lee Soo Man mengangkat bahu. “Jangan bertanya padaku. Kau sama sekali tidak pernah memberitahuku di mana kau tinggal, jadi aku tidak tahu apa-apa.”

Pamannya tidak bisa membantu dan saat ini Minho sama sekali tidak yakin pada apa pun. Ia merasa seperti orang tolol gara-gara amnesia ini. Kata dokter ia menderita amnesia parsial atau amnesia sebagian. Tapi, karena luka-luka di kepalanya ternyata tidak terlalu berbahaya, dokter meyakinkan bahwa ingatannya akan kembali cepat atau lambat. Hanya saja ia tidak bisa mengingat kejadian selama satu bulan terakhir ini.

Kenapa begitu?

Minho kembali menatap bayangannya yang pucat di cermin. Bagaimana kalau ia mencoba memukul kepalanya sendiri? Mungkin ingatannya bisa kembali. Ia bisa mencoba membenturkan kepalanya ke dinding…

Terdengar ketukan di pintu kamar rawatnya. Minho menoleh tepat pada saat pintu terbuka dan Lee Jonghyun melangkah masuk. Hari ini ia berpakaian santai, tanpa jas lab putih dan tanpa stetoskop yang tergantung di leher. Dan ia tersenyum begitu melihat Minho.

“Ku dengar kau di izinkan pulang hari ini,” sapa Jonghyun. “Bagaimana perasaanmu?”

Jonghyun adalah salah satu pengunjung setianya, selain paman dan ibunya sendiri. Minho memang mengenal Jonghyun, tetapi ingatannya hanya terbatas pada saat mereka masih kecil. Minho berharap Jonghyun bisa memberikan lebih banyak keterangan dari pada Lee Soo Man tentang keberadaannya di Seoul, tetapi sayangnya Jonghyun tidak bisa membantu banyak. Menurut Jonghyun, mereka memang kadang-kadang bertemu dan berhubungan melalui telepon sejak Minho tiba di Seoul bulan lalu, tetapi mereka belum sempat berbicara banyak tentang masalah pribadi. Dan Jonghyun juga tidak tahu di mana Minho tinggal.

“Aku merasa seperti orang bodoh,” gumam Minho sambil tersenyum masam. Jonghyun menatapnya dengan prihatin. “Jangan terlalu dipaksakan, Minho-ssi. Pelan-pelan ingatanmu pasti kembali.”

“Semoga saja begitu,” gumam Minho.

“Apa rencanamu sekarang?”

Minho kembali menatap bayangannya di cermin dan menggeleng. “Entahlah. Kurasa aku akan tinggal di sini untuk sementara. Melihat apakah aku bisa sedikit mengingat apa yang sebenarnya kurencanakan di sini,” katanya, lalu mengangkat bahu.

“Ayahku ingin aku kembali ke New York, tapi aku belum berpikir sejauh itu.”Kembali ke New York sekarang sepertinya bukan keputusan yang tepat, pikir Minho. Ia menjauh dari New York dengan satu alasan. Mungkin selama ia tinggal di Seoul ia sudah berhasil tidak terlalu memikirkan Yuri. Mungkin saja, Minho hanya berharap itu benar. Tetapi sekarang setelah ia kehilangan ingatannya selama sebulan terakhir, segalanya kembali seperti dulu.

Ia kembali teringat pada Yuri. Wanita itu akan menikah dengan sahabat baik Minho. Minho ingat saat Yuri memberitahunya dengan gembira bahwa ia akan menikah. Apakah wanita itu tidak bisa melihat Minho begitu tercengang sampai tidak bisa berkata-kata? Apakah ia tidak bisa melihat jantung Minho seakan berhenti berdetak begitu mendengar berita itu? Apakah ia tidak bisa melihat selama ini Minho sangat menyukainya? Bahwa ia sangat berarti bagi Minho?

Minho bertanya-tanya kenapa benturan di kepalanya itu tidak membuatnya melupakan Yuri? Bukankah itu lebih baik? Dengan begitu ia tidak akan pernah ingat betapa ia menyukai wanita itu.

“Ngomong-ngomong, apakah kau masih tertarik menghadiri reuni pada tanggal sepuluh nanti?” tanya Jonghyun, membuyarkan lamunan Minho. “Bertemu teman-teman lama mungkin bisa sedikit menghibur.”

Minho mengangguk-angguk, lalu tersenyum. “Kurasa kau benar,” katanya. “Aku akan meneleponmu lagi nanti soal itu.”

“Oh ya, tadi kulihat ibumu sedang berbicara dengan dokter. Kurasa sebentar lagi selesai,” kata Jonghyun. “Kalian akan pulang naik apa? Aku bisa mengantar kalian pulang. Shift-ku sudah selesai hari ini.”

“Terima kasih, tapi Paman Soo Man akan datang menjemput.”

Saat itu telepon Jonghyun berbunyi. “Sebentar ya?” katanya pada Minho. Ia merogoh saku celana panjangnya dan mengeluarkan ponsel.

Minho bergerak ke meja kecil di samping tempat tidur untuk melanjutkan tugasnya mengemasi barang. Ia senang karena akhirnya ia terbebas dari rumah sakit karena ia benci rumah sakit.

“Oh, Sulli-ssi.”

Sulli ? Minho tersentak dan kepalanya berputar kembali ke wajah Jonghyun yang berseri-seri. Jonghyun terus berbicara di ponsel dengan senyum lebar. “Ya, aku memang meneleponmu tadi, tapi kurasa kau pasti sedang sibuk… Tidak, tidak apa-apa… Kalau kau ada waktu, bagaimana kalau ku traktir makan siang?”

Sepertinya telepon dari pacarnya, pikir Minho. Keningnya berkerut samar, berusaha mengingat. Sebelum ingatannya hilang, apakah ia sudah tahu Jonghyun punya pacar? Apakah ia pernah melihat pacar Jonghyun itu?

Minho menghela napas panjang. Lihat sisi positifnya saja. Bagaimanapun juga, ia masih ingat namanya sendiri, orangtuanya, dan seluruh kejadian hidupnya sampai satu bulan lalu. Ia hanya tidak bisa mengingat kejadian selama satu bulan terakhir ini. Hanya satu bulan. Dan ia yakin tidak ada hal penting yang perlu diingat.

* * *

“Keracunan makanan,” gerutu Dara sambil melirik adiknya yang bertampang pucat. “Kau pasti makan sembarangan selama di Namyangju.”

Thunder menggeleng lesu dan berjalan dengan langkah diseret-seret di sebelah Dara. “Tidak makan apa-apa,” gumamnya. “Hanya jajan sedikit… di sana-sini.”

Dara menggandeng lengan adiknya karena sepertinya Thunder tidak bisa berjalan tegak dan lurus tanpa dibantu. Ia merapatkan jaket dan syal Thunder ketika mereka keluar dari gedung rumah sakit. Rupanya sedang hujan. Thunder menggigil. Dara menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu berkata kepada Thunder, “Kau tunggu di sini dulu sebentar. Aku akan memanggil taksi.”

Thunder mengangguk lemah. Ia sangat ingin berbaring saat ini. Perutnya sakit, dadanya sesak, kepalanya berat, dan lidahnya terasa pahit. Ia membenamkan mulut dan hidungnya di balik syal di sekeliling lehernya dan menggigil lagi.

“Kau pusing?” Thunder mendengar suara wanita di belakangnya. Ia menoleh dan melihat seorang wanita setengah baya sedang berbicara kepada laki-laki yang berdiri di sampingnya. Thunder tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas karena mereka berdiri menyamping. Thunder baru akan memalingkan wajah ketika laki-laki itu mengangkat wajah dan membuat Thunder tersentak kaget.

Itu…?

“Aku baik-baik saja,” sahut laki-laki itu sambil tersenyum. Ia menoleh ke arah Thunder. Sesaat pandangan mereka bertemu, lalu ia menatap melewati bahu Thunder dan berkata, “Itu mobil Paman. Ayo, kita kesana.”

Thunder tetap mengamati kedua orang itu dengan kening berkerut bingung dan mulut melongo sementara mereka berjalan melewatinya, menuju mobil sedan berwarna biru yang berhenti tidak terlalu jauh dari pintu rumah sakit

Wajah itu… Suara itu… Tidak salah lagi, pikir Thunder dalam hati. Itu Choi Minho! Tetapi kenapa Minho tidak menyapanya? Apakah Minho tidak melihatnya tadi? Tidak, Thunder yakin Minho melihatnya. Mereka sempat bertatapan. Lalu kenapa Minho diam saja seperti tidak mengenalnya? Lalu…

“Kau sedang melihat apa?” Terdengar suara Dara memanggilnya. “Aku sudah memanggil taksi. Ayo, naik.”

Thunder menoleh ke arah kakaknya dan berjalan pelan ke arah taksi yang sudah menunggu mereka. “Minho Hyung,” gumamnya ketika ia sudah masuk taksi.

Dara menyebut alamat mereka kepada sopir taksi dan menoleh ke arah adiknya.

“Minho-ssi?” ulangnya. “Apa maksudmu?”

“Aku tadi melihatnya,” kata Thunder tegas. Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan nada ragu, “Tapi sepertinya dia tidak mengenaliku.”

“Kau yakin?”

Thunder mengerutkan kening. Perutnya yang sakit terlupakan sudah. Kepalanya juga tidak sakit lagi karena sibuk berpikir. “Ternyata selama ini dia ada di Seoul?” gumamnya pada diri sendiri. “Kenapa dia tidak menghubungi kita? Terutama Sulli noona. Dan siapa wanita yang bersamanya itu?”

“Wanita yang mana?”

Thunder tidak menjawab. “Kenapa dia tidak menyapaku tadi?”

“Kau sendiri kenapa tidak memanggilnya dan bertanya sendiri padanya?” Thunder berpaling ke arah kakaknya. “Karena aku sedang lemas. Kepalaku sakit dan otakku tidak bekerja secepat biasanya.”

Dara mengangkat sebelah alisnya dan menatap adiknya dari kepala sampai ke kaki. “Lemas? Sakit kepala?” Ia mengetuk pelan kepala Thunder. “Kalau begitu kenapa sekarang kau bisa berceloteh panjang-lebar?”

Thunder mengelus kepalanya yang bertopi. “Noona, apakah kita harus memberitahu Sulli Noona?”

Dara menghela napas dan berkacak pinggang. “Memangnya kau mau bilang apa pada Sulli?” ia balas bertanya. “Kau mau bilang bahwa kau—dengan kepalamu yang sedang sakit, matamu yang hampir terpejam, dan otakmu yang sedang berkabut itu—melihat Minho-sii bersama seorang wanita muda…”

“Tidak muda. Sepertinya sudah ibu-ibu,” sela Thunder. “…di depan pintu rumah sakit, tapi dia tidak menyapamu dan—mengutip kata-katamu sendiri—sepertinya dia tidak mengenalimu.” Dara berhenti untuk menarik napas, lalu melanjutkan, “Jadi apa artinya itu?”

“Apa artinya?”

“Kau salah lihat,” seru Dara sambil memukul pelan kepala adiknya lagi.

“Noona, kenapa memukul orang yang sedang sakit?” protes Thunder.

“Kau yakin itu Choi Minho?” tanya Dara.

“Yah…”

“Seratus per—ah, tidak, seribu persen yakin?”

“Lumayan… cukup yakin… kurasa.” Thunder tertegun, lalu menatap kakaknya. “Atau mungkin aku salah ya?”

Dara mendesah. “Sebaiknya kau tidak mengatakan apa-apa pada Sulli. Walaupun dia tidak menunjukkannya, aku tahu sekarang dia sedang khawatir karena Choi Minho belum menghubunginya. Kalau kau tidak yakin orang yang kau lihat tadi itu Minho-ssi, sebaiknya jangan membuat Sulli berharap terlalu banyak.”

Thunder menggigit bibir dan memutar otak, lalu tiba-tiba ia berkata, “Noona, apakah mungkin Minho Hyung sengaja memutuskan hubungan dengan Sulli Noona?”

“Apa?”

“Laki-laki sering melakukannya, bukan? Kalau laki-laki sudah tidak suka pada seorang wanita, laki-laki itu tidak akan menemuinya lagi, tidak akan menghubunginya lagi.” Thunder menatap kakaknya dengan serius. “Melarikan diri.”

Tangan Dara sudah terangkat ke kepala adiknya, tetapi kemudian berhenti. Ia menurunkan tangannya kembali dan memiringkan kepala. “Aku tidak suka mengakuinya,” kata Dara dengan mata disipitkan, “tapi apa yang kau katakan tadi itu mungkin saja terjadi. Sulli tidak pernah memikirkan kemungkinan itu, bukan?”

* * *

“Sulli-ssi… Sulli-ssi…”

Sulli tersentak dan mengangkat wajah. Lee Jonghyun menatapnya dari seberang meja sambil tersenyum. “Ne?” tanya Sulli sambil mengerjapkan mata. Apakah Lee Jonghyun sudah memanggilnya sejak tadi dan ia tidak mendengar?

“Akhir-akhir ini kulihat kau sering sekali melamun. Dan tidak bersemangat,” gumam Jonghyun dengan raut wajah cemas. “Kau sakit?”

Sulli memaksakan seulas senyum lebar dan menggeleng. “Aku baik-baik saja, Dokter. Aku sehat.”

Walaupun ia tersenyum lebar dan berpura-pura menyeruput jus apelnya dengan gembira, kenyataannya adalah Sulli sangat resah. Minho sudah menghilang hampir dua minggu, kalau dihitung dari Hari Natal. Tadinya Sulli sudah ingin melapor ke polisi, tetapi dicegah oleh Dara dan juga Kakek Kim.

“Dokter.” Sulli ragu sejenak. Ia menatap Lee Jonghyun, lalu setelah berpikir-pikir, ia memulai, “Kalau tetanggamu tidak pulang selama hampir dua minggu, apa yang akan kau lakukan?”

Alis Lee Jonghyun terangkat. “Tetanggaku?” tanyanya heran. “Kenapa?”

“Apakah Dokter akan melapor kepada polisi?”

“Maksudmu, seandainya tetanggaku adalah anak di bawah umur?”

Sulli menggeleng. “Orang dewasa.”

Lee Jonghyun mengibaskan tangannya. “Kalau begitu aku tidak akan mencampuri urusan pribadinya. Bagaimanapun juga dia mempunyai kehidupan sendiri. Dia berhak pergi ke mana saja sesuka hatinya. Mau pulang atau tidak, aku tidak mungkin ikut campur, apalagi sampai melapor pada polisi.”

“Kau tidak berpikir mungkin sesuatu terjadi padanya?” desak Sulli “Misalnya saja… dia mengalami… kecelakaan?”

“Seandainya pun terjadi sesuatu, yang pertama kali dihubungi sudah pasti adalah keluarganya,” sahut Lee Jonghyun tegas. Ia menatap Sulli dengan penasaran. “Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”

“Tidak apa-apa,” sahut Sulli cepat. Ia menggeleng dan tersenyum lebar. “Sekadar bertanya.”

Saat itu makanan pesanan mereka tiba. Setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan yang mengantarkan makanan itu, Lee Jonghyun kembali berkata, “Ngomong-ngomong soal kecelakaan, seorang temanku baru saja mengalami kecelakaan yang buruk.”

“Oh, ya?”

“Tidak ada yang tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi, tetapi mereka menemukannya dalam keadaan pingsan dan terluka di jalan sepi. Kepalanya terbentur keras dan sekarang sebagian ingatannya hilang.”

“Oh…” Berbagai pikiran buruk mulai melintas di benak Sulli. Ia membayangkan teman yang diceritakan Lee Jonghyun itu adalah Minho. Ia membayangkan Minho terbaring pingsan dan terluka di jalan sepi… Astaga! Tidak, itu tidak mungkin terjadi.

“Bagaimana keadaan temanmu itu sekarang?” tanyanya dengan nada prihatin.

“Kebingungan,” sahut Lee Jonghyun dengan nada serius. “Dan rasa sakit di kepalanya akan terus mengganggunya selama beberapa waktu. Tapi kurasa dia baik-baik saja. Setidaknya dia masih mengingat keluarganya.”

Sulli hanya mengangguk tanpa benar-benar memerhatikan kata-kata Jonghyun. Suatu kemungkinan baru terlintas dalam benaknya. Ia sudah memikirkan berbagai kemungkinan buruk sehubungan dengan menghilangnya Minho, tetapi ia tidak pernah berpikir bahwa Minho mungkin saja mengalami kecelakaan yang bisa membuatnya hilang ingatan. Bagaimana kalau itu yang terjadi? Bagaimana kalau Minho terbangun dan sama sekali tidak tahu siapa dirinya sendiri? Tidak tahu siapa yang harus dihubungi dan siap ayang harus dimintai tolong?

Bunyi denting keras menyentakkan Sulli dari lamunannya. Ia mengerjapkan mata dan mendapati sendoknya terlepas dari pegangan dan jatuh mengenai piringnya lalu jatuh ke lantai.

“Maafkan aku,” gumamnya cepat. “Maaf… Maaf…”

“Tidak apa-apa,” sahut Lee Jonghyun menenangkannya, lalu meminta pelayan mengambil sendok lain. Sulli menarik napas untuk menenangkan diri. “Maaf,” gumamnya sekali lagi.

Lee Jonghyun tersenyum padanya. “Sulli-ssi, apakah kau sibuk tanggal sepuluh nanti?”

“Tanggal sepuluh?” Sulli mengerjapkan mata. “Memangnya kenapa?”

“Aku harus menghadiri reuni SMP-ku,” sahut Lee Jonghyun agak malu. “Kalau kau tidak punya acara, aku ingin kau menemaniku ke sana.”

Sulli tertegun.

Aku ingin kau menemaniku ke suatu acara tanggal sepuluh Januari nanti. Acara apa? Reuni SMP-ku. Tidak masalah. Kau tidak akan membuat janji lain pada hari itu? Tidak akan. Walaupun si dokter cinta mengajakmu keluar?

Sulli menunduk menatap makanannya. Minho pernah mengajaknya menghadiri suatu acara reuni. Sekarang Lee Jonghyun juga mengajaknya ke acara reuni. Apakah reuni yang dimaksud kedua orang itu sama?

“Bagaimana Sulli-ssi?” tanya Lee Jonghyun. “Kau bisa ikut denganku?”

Sulli menatap laki-laki di hadapannya dengan ragu. Ia sudah berjanji akan pergi dengan Minho, jadi ia tidak bisa menerima ajakan Lee Jonghyun. Tetapi masalahnya adalah sekarang ini Minho entah ada di mana. Dan Sulli tidak tahu apakah Minho akan muncul untuk menagih janji Sulli pada tanggal sepuluh nanti.

Di lain pihak, kalau Minho belum muncul juga sampai hari itu, Sulli ingin memastikan apakah ia bisa bertemu dengan Minho di acara reuni itu. Siapa tahu laki-laki itu akan muncul di sana. Itu juga kalau reuni yang disebut-sebut kedua orang itu adalah reuni yang sama. Siapa tahu…

“Dokter,” kata Sulli ragu sementara otaknya berputar mencari alasan, “sebenarnya aku sudah berjanji pada seorang temanku untuk menemaninya ke… ke… pesta ulang tahun laki-laki yang disukainya.” Ia berdeham. Alasan yang payah, tetapi hanya itu yang sempat terpikirkan dalam waktu singkat. “Tapi aku sendiri tidak tahu pasti kapan. Kalau acaranya bukan pada tanggal sepuluh, aku akan dengan senang hati pergi denganmu.”

Ia tidak suka berbohong pada Lee Jonghyun, tetapi tidak ada cara lain. Kalau Minho belum muncul sampai tanggal sepuluh nanti, dan kalau Sulli melihatnya di acara reuni itu… lihat saja, Choi Minho akan tahu bagaimana rasanya diacak-acak sampai ibunya sendiri pun tidak akan bisa mengenalinya.

 To be continue…

Jangan lupa sepertu biasa, kalau ada typo, mohon dibenerin yak. 🙂 hehehe

111 thoughts on “Winter in Tokyo [Part 13]

  1. Ini pemeran pembantu wanitanya gak ada yang lain nih?? bukannya haters sih tapi sukses banget bikin mood tambah ancur -_-

  2. ampuuunnn…kasian bgt minho..
    koq bisa ya ilang ingatan sebagian gt?
    dan sebulan terakhir lg..pas masa2 dia bareng sulli..haizz
    harusnya dr ajakan dokter jonghyun,dr cerita ttg temannya yg kecelakaan sulli bisa narik kesimpulan tman yg dimaksud jonghyun itu minho..tapi yahh mungkin terungkap dia cerita berikutnya..
    hehehe
    next author…thx ^^

  3. Yahhhhhhhh ..
    Wae minho lupa ingatan sebagian ?
    Sulli eonni gmna?
    pasti sedih kecewa?
    Sulli eonni figthing .. pasti minho ingat lgi tentang eonni … 🙂

    Keep writing thor !!
    Figthing ^-^

  4. harus mulai dan berjuang dari awal lagi ):
    so sad, minho jadi amnesia dan sulli jadi orang yang resah menanti kabar dari minho. hiks so sad :(((

  5. Yahh ternyata si yuri yang minho sukain-,- ahh chapter ini yang bikin dada sesak bacanya minho lupa ingatan sulli kenapa ga nanya aja dia kenal minho apa ga gitu -,- 😀 next eonnii ^^

  6. Kasian nih si ming hilang sebagian ingetannya 😦 dia jd lupa sm ssul deh tuh 😦 tuh penjahat krg ajar bgt bikin minho lupa ingetan. Gmn nih klo ssul ktemu sm minho tp minho ny lupa sm ssul? 😦 next minn

  7. Kasian Minsul. giliran mereka udh hampir menyadari perasaan satu sama lain, eh malah terpisah. mungkinkah di acara reuni nanti mereka ketemu? g sabar nih. next ya min? thank’s udh update, g ada typ0 kog..

  8. si thunder ngeliat minho malah diem cengo hahaha. semoga aja sulli datang kereuni dan smoga aja jonghyun ngajak minho juga. biar sulli ketemu sama minho dan biar sulli tau apa yg terjadi sama minho..

  9. kasiaan sulli 😦
    minho hilang ingatan tp kayaknya dia punya perasaan saat jonghyun nyebut nama sulli tandanya minho dan sulli adalah pasangan yg ditakdirkan bersama 😀
    ssul mendingan kamu ikut jonghyun ke acara itu supaya ketemu minho .. kamu kangen diakan??
    wwuaah dasar thunder kenapa minhonya gak dipanggil sih -_-
    aduuh si dara malah telat dtng ._.
    jangan pukul kepala nya dia lagi sakit llooh ..
    lnjut eonni ..

  10. Eon,mnta pwnya dong tuk winter in tokyo part 14..aku udah koment semua kok..
    Fb:Chary bks dikanatic
    twitter: @chary_BKS
    email: @charybk@yahoo.co.id
    gamsah..

  11. eon aku boleh minta pw’nya kan? aku udah coment dari part awal
    fb : rarha kartika
    twitter : @rarhaa_
    kalo email aku belum ga ada, 2 email’ku udah expired semua dan aku belum buat lagi^^

  12. minho oppa beneren lupa sma sulli
    huaaa
    dan dteng si yuri
    huaaa
    mudah mudahn ingatan minho cepat kembli ya
    thor,boleh gak aku minta pw part 14 dan 16?
    Karna aku reader bru,jadi ngomentnya dari part 15 je part 1 deh
    hehe
    mian thor,maaf,bkan silent.tapi memang bru bca
    miant thor

  13. thor,, aku minta pw ya winter in tokyo part 14 dan 16 boleh 🙂 ,,
    aku selalu rajin koment thor,, 🙂
    klo gak percya cek dri part 1 ampek 13 thor,,
    ini imail ku thor : ira.lenweiss@gmail.com
    nama : faira ( Choi Yong Hwa Ri )
    ,, ditunggu yah,, 🙂 gomawo thor

  14. nyesek .. sumpah nyesek .. kenapa harus amnesia .. sulli ikut aja sama jjong .. semoga bertemu dengan ming dan ming bisa mengingat kembali memorinya sebulan lalu saat ia tiba di seoul ..

  15. greget baca chapter ini |-x sakitnya tuh disini. minho-ya periksa semua foto-foto dikameramu dan kau akan temukan jawabannya B) makin seru bung wew wew. fighting author-nim ^^

  16. Udah sulli dateng aja ama jjong ke acara reuni SMP itu . Kali kali aja minho bisa ingeet kejadian sebulan yg lalu . Ya yaaa ..
    Kasihan sama mingg ., udh moveon eh mlah lupa ingatann — apakah kwonYuri bakalan dtg lagi nih ?? . . Sulli ancaman lu ngeri bangeet XD .

  17. dara ama thunder kaka beradik yg lucu..
    semoga ntar sulli ketemu sama inho di acra reunian….
    ksian sulli khawatir n minho kbingungan…

  18. Aaahhh jdi pengen meweeek nihh
    Nyesek banget ituuuhh
    Dan tambah ancur ajah setelah hadir nama kwon yurii
    Ahh bikin mood rusak itu nama
    Gk ada cwe yg lain apa eonn

  19. Banggg!!!
    Amnesia benaran!!!
    Waaa… Minhoney gak bisa pulang ke apartemennya dong? Di sana ada foto2nya Sulli kan yang dia ambil diam2? Wah… Perjalanan masih panjang… Woia, di kameranya, apa gak ada gambar satupun? Kok dia clueless banget… Kasihan… 😦
    Sulli juga kenapa gak tanya nama teman Jonghyun yang kecelakaan, sekadar memastikan itu Minho atau bukan… #pensive
    Hahahaha
    Tapi kalo kayak gitu, nanti gak sampai klimaks ye… Hahaha
    *malah ngebayangin cerita sendiri*
    Miiiin, suka cerita ini, Miiin! Sukaaaaaaa… ♡

  20. It’s getting worst right? 😭
    Oppa jangan bilang kalau ingatanmu yg sebulan terakhir tu gda ingatan yg penting di dalamnya. Justru ingatan sebulan yang lalu itulah yang mulai mencetak keindahan di hidupmu stelah kesuraman yg kau dapat karna ditinggal kawin ama yuri 😫😫.
    Emang belom saatnya minho ketauan ada dimana kali ya mangkannya si thunder aja ga yakin ama apa yg dia liat u.u
    Duh sulli semoga semuanya ini cepet dapet kejelasan ne 😭

Leave a reply to fasiah Cancel reply