I For You [Part 18]

Fantasia Painting(29)

I For You

Cinta yang selalu menjagaku…

A novel by Orizuka

Choi Minho as Surya || Choi Sulli as Princessa || Kim Jongin as Benjamin Andrew || Kang Jiyoung as Bulan || Park Jungsoo as Herman

Rate : Teenager / General

Genre : Romance // Sad-Hurt // School life // Friendship

Length : Chaptered

Summary :

Please don’t go, but I love you.

You will leave me all alone.

Don’t go, don’t go, don’t go.

[Brown-eyed SoulDon’t go]

Setelah beberapa hari izin, hari ini akhirnya Sulli kembali ke sekolah. Siwon sudah melarangnya, tetapi Sulli bersikeras untuk masuk. Ada yang ingin Sulli lakukan sebelum ia benar-benar menyesal.

Sulli menatap gerbang sekolahnya. Sebelumnya, ia tidak pernah memperhatikan bahwa gerbang itu berkarat. Bahwa gerbang itu tidak sekokoh yang ia duga. Sulli pun mengalihkan pandangan pada lantai koridor sekolahnya yang berkilau. Dari Kai, Sulli tahu bahwa penjaga sekolah itu, selalu mengepelnya dengan rajin sebelum sekolah dibuka.

Saat melewati lapangan basket, Sulli menatap bangku taman tempat ia biasa menghabiskan waktu sebelum bertemu dengan Minho. Bangku itu masih tetap tampak nyaman, terlindung dari sinar matahari oleh pohon akasia yang sedang berbunga indah.

Sulli sampai di depan koridor kelasnya, lalu mendongak pada papan nama kelas itu. Ia ingat, saat pertama kali masuk kelas ini, ia membencinya karena mendapat bangku di tengah. Ia sama sekali tidak pernah menyangka, posisi bangku itu akan mengubah segalanya.

Setelah Kai membuka pintu, Sulli melangkah masuk. Jika ada yang berubah dari sekolah ini, itu adalah teman-temannya. Tidak seperti pada saat pertama kali masuk, mereka sekarang tidak peduli padanya dan Kai. Alih-alih mengatakan pujian kagum seperti dulu, mulut mereka sekarang mencetuskan cemoohan dan prasangka.

Sulli melangkah pelan ke arah bangkunya di tengah kelas. Seperti biasa, Minho sudah duduk tenang di bangkunya, membaca sebuah buku tebal yang kertasnya sudah menguning. Sulli bisa tahu kalau Minho mengawasinya melalui sudut mata, namun Sulli memilih untuk tidak menyapaya seperti dulu. Sulli sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menyanggupi permintaan anak laki-laki itu.

Tak lama setelah Sulli duduk, Park Jungsoo muncul dengan wajah tak secerah biasanya. Anak-anak segera duduk di bangku sementara Park Jungsoo meletakkan buku-buku di mejanya.

“Yak, jadi hari ini kita akan mengadakan observasi di luar kelas.” Park Jungsoo memulai pelajarannya dengan gugup. Ia bahkan lupa untuk mengucapkan selamat pagi. Yang ada di otaknya sekarang adalah pemberitahuan di rapat guru sebelum bel berbunyi tadi.

Dengungan bersemangat sekarang mulai terdengar dari seluruh penjuru kelas. Hanya Kai, Sulli dan Minho yang tampak tidak bereaksi.

Park Jungsoo berdeham. “Sekarang, bawa buku cetak kalian dan pensil, lalu berkumpul di taman depan perpustakaan.”

Satu per satu, anak-anak melangkah riang keluar kelas. Sulli menunggu hingga semua orang keluar, lalu bangkit. Park Jungsoo menatapnya simpati, lalu membiarkannya keluar lebih dulu bersama Kai.

Setibanya di taman sekolah, Park Jungsoo segera membuat anak-anak mengelilingi sebuah ember.

“Seperti yang sudah kita pelajari pada pertemuan terakhir, ini adalah salah satu contoh bioteknologi.” Park Jungsoo berjongkok, lalu menunjukkan isi ember itu pada semua anak. “Ini adalah pupuk kompos yang dibuat sendiri oleh Ahjussi Kim.”

Anak-anak mengangguk sementara Park Jungsoo mulai menjelaskan cara pembuatannya. Sulli dan Kai pun tampak serius mencatat. Minho mengawasi mereka dari sudut lain.

Selama setengah jam, mereka di sana untuk melihat cara pembuatan pupuk kompos. Setelah mengisi tabel pada buku cetak, Park Jungsoo mulai menyuruh mereka untuk membersihkan diri dan kembali ke kelas.

“Eh, tunggu.”

Semua anak berhenti melangkah, lalu menatap Sulli yang tadi menyahut. Sulli sekarang tampak salah tingkah.

Sulli mencengkeram bukunya erat. “Boleh… kita foto dulu?”

“Hah?” celetuk Suzy bingung, dan semua anak setuju padanya. Permintaan itu terlalu absurd dan tiba-tiba.

“Buat apa?” tanya Chanyeol.

“Buat… kenang-kenangan,” jawab Sulli. “Sebentar lagi kita kan lulus…”

Park Jungsoo yang tersadar, segera maju ke depan anak-anak sebelum mereka bertanya apa pun lagi. “Ide bagus, Sulli! Ini bisa untuk dokumentasi!”

Anak-anak mulai berbisik enggan, namun tetap berkumpul di tengah saat Park Jungsoo mengatur mereka. Sulli mengeluarkan ponsel, lalu berjalan ke undakan, bermaksud mengambil foto mereka.

“Kamu yang ambil?” tanya Minhye bingung. “Kau tidak ikut?”

“Aaahh! Biar saya yang ambil!” Park Jungsoo segera maju dan merebut ponsel Sulli. “Sana, kamu masuk barisan!”

Sulli melangkah ragu, bergabung dengan teman-temannya. Saat Park Jungsoo mulai meneriakkan aba-aba, Sulli berusaha tersenyum. Namun, dadanya terasa sesak.

Entah wajah seperti apa yang akan tampak di foto itu.

.

.

.

Sulli mendorong pintu perpustakaan, lalu melangkah masuk. Seperti biasa, perpustakaan itu terlihat lengang dan damai. Jika dulu saat pertama kali menghirup udaranya Sulli merasa sesak, namun sekarang, udara perpustakaan itu membuatnya rindu.

Sulli mulai menyusuri lorong-lorong rak perpustakaan, mengumpulkan segala kenangan indah yang pernah ia dapat di sana.

Masih jelas di ingatan Sulli semua pengetahuan yang pernah Minho tanamkan padanya. Mengalahkan teks macam apa pun, suara Minho menempel lebih lama di otaknya. Menjadikannya seorang anak perempuan yang setidaknya memiliki pengetahuan yang berguna dan tak lagi dangkal.

Sulli berbelok ke rak astronomi, tempat yang paling berkesan di antara semuanya. Di sini, ia banyak menghabiskan waktu, mendengarkan Minho menceritakan bagaimana semesta terbentuk. Di sini juga, Sulli menyatakan cinta yang diterima Minho walaupun penuh keraguan. Dan di sini pula, ia diputuskan oleh orang yang sama.

Walaupun hubungan mereka sangat singkat, namun Sulli tidak merasa menyesal. Mengenal anak laki-laki itu adalah sebuah karunia yang luar biasa, walaupun mungkin Minho merasa sebaliknya. Oleh karena itu, Sulli menyanggupi permintaan Minhountuk menjauhinya.

Anak laki-laki itu akan lebih baik tanpanya.

.

.

.

“Kalau aku pergi, kamu jangan sedih, ya.”

Kai menatap Piko yang menelengkan kepala. Saat ini, Sulli sedang berada di perpustakaan. Kai mengizinkannya karena ini kali terakhir Sulli bisa ke sana. Kai pun menggunakan kesempatan itu untuk mengunjungi Piko. Burung itu sedang dalam kondisi ceria, mungkin karena pihak sekolah baru membeli pasangan baru untuknya, Pika.

“Kamu kan sudah punya pacar. Nanti juga lupa denganku.”

Piko sekarang menoleh pada Pika yang asyik bersiul. Kai tersenyum, lalu mengelus kandang Piko dan melangkah pergi. Ia akan mengunjungi kantin untuk berterima kasih pada Ajjuhma Lee karena sudah menjaga tumbler-nya selama ini.

Langkah Kai mendadak terhenti saat melihat bayangan Jiyoung yang tampak sedang berjalan menuju lapangan belakang. Melupakan segala janji yang ia pernah buat sendiri, Kai mengikuti anak perempuan itu.

Alih-alih berlatih, Jiyoung tampak duduk di bangku samping lapangan, sibuk dengan kertas-kertas di tangannya. Di luar kesadarannya, Kai menghampiri anak perempuan itu.

“Tidak latihan?”

Jiyoung segera terlonjak kaget saat mendengar suara Kai. “Kau mengagetkanku, Sunbae,” katanya sambil membereskan berkasnya begitu Kai mengerling. Namun karena ia terburu-buru, sebuah kertas meluncur dari tangannya dan jatuh ke tanah.

Kai memungutnya, lalu mengernyit saat membacanya. “Formulir pendaftaran beasiswa prestasi olahraga?”

Jiyoung segera merebut kertas itu, lalu memasukkannya dalam map. “Aku… tidak ingin menyusahkan Minho Oppa. Aku tidak terlalu pintar seperti dia, jadi aku harus dapat beasiswa ini tahun depan.”

Kai mengangguk-angguk, lalu duduk di samping Jiyoung. “Kamu memang perempuan istimewa.”

Selama beberapa saat, Kai dan Jiyoung hanya saling diam, memandang lapangan rumput yang hijau. Hari ini hujan tidak turun, jadi Kai memilih untuk menjadi laki-laki kuat yang mampu menahan segala emosinya.

Lagi pula, tidak ada hujan yang cukup deras yang bisa menenggelamkan kata-kata ‘selamat tinggal’.

.

.

.

Bel sekolah berbunyi nyaring. Semua anak sibuk membereskan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas sambil bercengkerama sementara Minho membantu Kangin membawa buku-buku latihan anak-anak ke ruang guru.

Sulli menatap pemandangan itu nanar, dan entah kekuatan apa yang membuatnya bangkit.

“Teman-teman!” seru Sulli, membuat semua anak berhenti beraktivitas demi menatapnya. Sulli segera tersenyum. “Terima kasih untuk hari ini.”

Selama beberapa saat, semua masih menatapnya bingung sampai Suzy meraih ransel dengan berisik. Menurutnya, Sulli sangat berlebihan tentang semua hal.

“Tidak perlu berlebihan, hanya foto bersama saja,” gumamnya sambil melewati Sulli begitu saja.

Semua anak mulai mengikuti Suzy keluar kelas dengan pandangan dingin, kecuali beberapa anak laki-laki yang mencoba tersenyum. Kai menatap Sulli dari bangkunya. Anak perempuan itu tampak berdiri rapuh, dengan tatapan kosong ke arah papan tulis.

Kajja,” ajak Kai setelah semua anak pergi.

“Sebentar, Kai.”

Sulli melangkah ke arah papan tulis, lalu mengambil spidol yang ada di sana. Setelah menatap papan itu ragu untuk beberapa saat, Sulli mulai menulisinya. Kai yang membaca tulisan itu kata demi kata dari bangkunya, segera mengalihkan pandangan keluar jendela begitu sadar kalau air matanya sendiri sudah merebak.

Setelah selesai menulis, Sulli terisak di depan papan tulis, menangisi hatinya. Ia tahu, ia adalah seorang pengecut karena tidak berani mengatakan semua ini langsung pada teman-temannya. Namun, ini adalah kesempatan terakhirnya.

Sulli baru jatuh berjongkok saat Minho muncul dari pintu kelas. Minho menatap bingung Sulli, lalu menengok kepada Kai yang masih bersikeras menatap keluar jendela.

Penasaran, Minho menghampiri Sulli dan menyadari bahwa anak perempuan itu sedang memegang spidol yang masih terbuka. Minho menoleh ke kanannya, dan matanya melebar saat membaca papan tulis itu.

‘Teman-teman, maaf karena sudah banyak menyusahkan. Maaf karena aku tidak sekuat kalian. Maaf karena aku sama sekali tidak berguna dan malah menjadi beban. Semangat untuk Ujian Nasional, aku tahu kalian semua bisa. Terima kasih untuk semuanya, dan sekali lagi aku minta maaf. Sulli.’

Perlahan, Minho menoleh kepada Sulli yang masih terisak. Mendadak, ia teringat soal foto bersama tadi pagi. Ia pun paham.

“Kau… ingin keluar sekolah?” tanya Minho, suaranya tercekat.

Sulli mengangkat kepala, lalu menatap Minho dengan kedua matanya yang berlinang air mata. Ia sama sekali tidak tahu kalau Minho masih belum pulang.

Walaupun ingin, Sulli tidak bisa menjawab. Isakannya malah semakin menjadi-jadi saat mendengar pertanyaan Minho. Kai malah sudah melangkah keluar kelas dan terduduk di samping pintu dengan mata menerawang, tak tahan lagi mendengar isakan Sulli.

“Kenapa…?” tanya Minho tak mengerti. “Kenapa harus keluar?”

Sulli menggelengkan kepala, tidak bisa menjawabnya. Minho sendiri jadi tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Ia pikir, walaupun ia dan Sulli sudah tidak bersama, ia masih tetap bisa melihatnya setiap hari. Sekarang, kalau ia keluar dari sekolah ini, bagaimana Minho akan melihatnya lagi?

Selama sepuluh menit, Minho menunggu Sulli menangis. Setelah tenang, Sulli bangkit, lalu menatap Minho.

“Minho-ya,” kata Sulli dengan suara serak. “Soal permintaan kau yang dulu itu, aku mau menyanggupi. Tapi kau harus mengabulkan permintaan ku dulu.”

Minho mengerjap. “Apa?”

“Let’s go on a date.” Sulli memaksakan senyum. “Yang pertama dan terakhir. Setelah itu, aku janji tidak akan ganggu kamu lagi.”

Minho menatap Sulli tanpa berkedip, lalu akhirnya mengangguk. Ia sendiri tahu, ia menginginkan hal itu. Ia mau berpisah dengan Sulli tanpa penyesalan. Ia mau merasakan kebahagiaan dengan anak perempuan itu walau hanya sedetik saja.

Senyuman Sulli segera mengembang saat melihat anggukan Minho. Sambil menghela napas, Sulli menatap kearah tiga puluh bangku di depannya.

“Rasanya baru kemarin aku masuk kelas ini untuk pertama kalinya,” kenang Sulli. “Bertemu kamu untuk pertama kalinya.”

Minho menatap Sulli. Air mata sudah kembali mengalir dari sepasang mata cantiknya. Mata hazel yang selama ini selalu dikagumi Minho. Mata yang menyihirnya dan membuatnya jatuh cinta. Mata yang sekarang tampak terluka. Tak tampak lagi binar ceria dari sana.

Goodbye.”

Setelah mengatakannya, air mata Sulli kembali menitik. Minho tak bisa melakukan apa pun untuk menghiburnya. Minho tak tahu bagaimana harus melakukannya.

Setengah mati, ia menahan diri untuk tidak berkata ‘jangan pergi’.

.

. tbc …

41 thoughts on “I For You [Part 18]

  1. Ikut nangissssssss 😥 beneraannn,, ya ampuun gmna sih rasanyaa jadi sulliii,,banyak yg cemooh,, sulli beneran keluar ntar gmna minho? Gmna hbungan mreka donk??

  2. Huwaaaahhh meweknya maksimal dipart ini. Suzy ngeselin banget sih jadi org. Isshh -_- sabar yah baby Ssul. Semoga Ssul gak jadi berhenti sekolah deh ^^ dan semoga Ssul cepat sembuh :*
    JJ couple jadi canggung banget -_-
    Yg paling akhir emang bikin mewek yah eon 😥 tapi syukurlah Minho masih menyanggupi permintaan Ssul karena dia rmang masih syg Sulli ^^ lanjut eon 😉

  3. Mmmm ikut sesak dadaku ikut merasakannya. Minho cegah donk paling yidak peluk sully bilang kamu sebenarnya tidak benci. Klo oun sulli pindah mudah2 an di ketemukan lg ma minho. Atau klo minjo sukses ketja di tempat appanya sully dan di jodohin deh ke minho. Mmmmmm saya terlalu banyak berhayal ya hehheheheeh

  4. Akhirnya ff ini dipost sekian lama menunggu akhirnya di post. Dan bikin kita penasaran dengan kelanjutan cerita ini. Dan part ini rasanya bikin w mewek, kenapa harus keluar sulli, minho buatlah sulli semangat dan kembali lagi dengan ya, semoga temen2 sulli suatu saat bisa nerima sulli gak kayak karang terlalu banyak cemok an. Lanjut chingu

  5. Hix hix hix hix
    Ikut nangis pas bacanya. Sulli jangan keluar dong, ming oppa cegah ssul eonni biar tdk pergi dong
    Kasihan ssul eonni udah hari terakhir di skol tp temen” nya masih menapat ssul eonni skeptis
    Next eon

  6. Ffnya bikin terharu

    😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥 😥
    Kenapa sulli eonni keluar
    Kasian sulli eonni harus keluar
    Jangan keluar eonni , gimana minho oppa??
    Minho oppa cegah sulli eonni

    Penasaran sama cerita selanjutnya
    Ditunggu ya thor
    Gomawo ^^

  7. Huaaaaa eonni ikut nangis bacanya 😥 kasian bngt sulli harus kluar dri sekolah demi kebaikannya huhu
    minho bisakah kau bilang jangan pergi buat sulli agar sulli bisa di sekolah trus 😦

  8. huaaah sedih bgt ._. ternyata hari itu hari terakhir sulli di sekolah. dia benar2 keluar sekolah.
    apa yg dirasakan minho saat itu? hmm. suzy nyebelin banget eh.
    aah kasihan sulli 😥
    date yang pertama dan terakhir? hmmmm.
    next eonni ^^

  9. Aduuh kenapa harus pergi kasihan minho sama jiyoung . . . . Dikit bangey chap ini thour. Dtunggu next chap aja dech penasaran bagaimana keadaa minho nanti. Kapan bertemu lagi aduuh jadi kepikiran jangan lama upadatex 🙂

  10. Sedih bget,, kasian sulli,, apakh minho mampu mencegah sulli pergi,,, tpi klo g segera keluar dri sekolah itu malah buat kondisi sulli memburukk,,,

  11. chap ini bikin mewekk 😥 temen2 nya masih pada cuek sama sulli. sabar ya ssul. sampe sulli buat tulisan di papan tulis pula. tpi ssul ngajak minho ngedate. kata2 pertama dan terakhir itu bikin deg2 tauu ssul :O
    lnjt lgiii

  12. Yah eon… Cerita’a nyesek bgt… ;( ;( ;( ….
    Sulleon mau keluar dri skolahan trus,minppa gmna…?
    Shrus’a sulleon bilang aja tetang penyakit’a k-minppa dan teman2’a… Jdikan sulleon gk d cemooh sma tmen2’a…
    Next eon… Smoga d part slanjut’a kgak nyesek… Amin… Hehehe 🙂

  13. Kasian sulli di cemooh temen”nya, sulli jangan keluar dari sekolah, ntar minho sama siapa? Ayo dong minho cegah sulli, part ini bener” bikin nangis 😥

  14. Gila aku mewek bneran nih,tiap bca ff ini slalu mwek,critanya mnyedihkan skali sih,aku gak bisa bayangin klw itu trjadi ama aku,nauzubillah min dhalik…………. Hih serem,sneng akhirnya minho mw diaja date ama sulli
    next eon jgn lama2 ngepost krna aku udah siap bwt nangis lagi
    fighting ~Chu~

  15. Nangis beneran baca part yg ini 😥
    nyesek nya bukan mainn..
    ssul meskipum dianggep remeh sm tmn”nyaa dia tetep peduli sm tmn”nyaa, sampe nulis pesen di papan tuliss 😥

  16. #nangis nih… 😦 minho knpa gk blg aj dn than sulli. Ya ampun sulli masih sempat aja yaa mnta date…pasti sulit bgt yaa buat mereka melewati semua ini. Sull fighting yaa…kao aja ampe nangis bgtu…minho buat sulli bahagia di date pertama dan terakhir ini ya 🙂

  17. Hikssssss 😥 ada apa pula dengan part ini maakk 😦 sulli kok perpisahannya kaya mau berpisah selamanya sih aaaa 😥

  18. Aduh sampai nangis baca part ini nyaa.. Kenapa suzy dan teman temannya selalu ngasih respon negatif ke sulli..kan nyesek bacanya

Leave a reply to Jesika Cancel reply