Behind the Coincidence and Destiny [1/5]

Cover FF; RH (10)

Behind the Coincidence and Destiny

Nama author  : Rhaya Cantika

Main Cast  : Choi Sulli dan Choi Minho

Support cast  : Jung Krystal, Lee Taemin, Kim Kibum, Lee Jinki, Kim Jonghyun, Cho Kyuhyun, and other.

Lenght  : Chaptered (1-5)

Genre : Romance

Summary :

‘Cinta bukan suatu kebetulan, tetapi takdir.’ Pernyataan sederhana itu sangat bertolak belakang dengan pendapat Sulli tentang Cinta. Gadis yang tidak pernah percaya pada ‘cinta’ dan ‘takdir’ ini, berpendapat kalau‘cinta’ hanyalah suatu kebetulan dan kebetulan itu tidak pernah abadi.

Berawal dari kisah cinta ibunya yang berujung kepedihan, Sulli lahir menjadi gadis yang membenci cinta dan takdir. Namun bisakah ia hidup tanpa kedua hal itu?

“Do you believe in Destiny?”

.

.

Chapter 1: The Beginning of Destiny

.

28 Desember 2015

Tokyo, Jepang

.

Sulli menyandarkan kepalanya dibahu seorang laki-laki yang duduk disampingnya. Mereka duduk disebuah sofa yang menghadap langsung ke kaca jendela besar di apartemen mereka. Memandangi langit pagi dengan awan yang menggantung dibawahnya. Dua cangkir teh hijau yang masih mengebulkan asapnya menghiasi meja kecil didepan mereka.

Sulli memejamkan matanya. Dua bulir air mata mengelindingi kulit pipinya. Perlahan, jemari si laki-laki mengusap lembut air mata itu. Semenjak mereka menikah, Sulli menjadi sering sekali menangis. Laki-laki itu bertanya-tanya, apa air mata ini menandakan kebahagian atau kesedihan?

“Jadi, awal Januari kita akan kembali ke Korea? Apa kita akan datang ke acara pameran busana Key oppa?” tanya Sulli, masih dengan posisi menyandar dibahu si laki-laki.

“Tergantung keadaanmu, sayang. Dokter bilang, kau masih harus banyak beristirahat. Tapi jika kau benar-benar sudah merasa baik, kita pasti akan datang.” Jawab si laki-laki dengan lembut, sambil mengusap puncak kepala Sulli.

Dan demi apa, Sulli hampir kehabisan udara untuk dihirupnya pagi ini. Suara laki-laki itu, benar-benar menyerupai nyanyian angin yang menghembus dahan pepohonan di surga, atau seperti kicauan burung yang memohon pada dewa langit agar diturunkan hujan, atau juga seperti suara gemercik air terjun yang mengalir dari sungai di surga.

Sekali lagi, Sulli harus meyakinkan dirinya kalau laki-laki ini adalah malaikat surga yang menyerupai manusia. Dan malaikat ini diutus Tuhan untuk menjadi pendamping hidup dan matinya.

***

Anak laki-laki itu terus mengayuhkan pedal sepedanya. Semakin lama, ia mengayuhnya semakin cepat. Bibirnya menyunggingkan seulas seringai. Beberapa remaja yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengan yang dikenakan anak itu, bertanya-tanya, apalagi yang mau ia lakukan pada Choi Sulli?

“Minho! Berhenti kau!” teriak salah satu dari mereka.

Namun Minho mengacuhkannya. Ia mempercepat laju sepedanya. Sebuah kubangan air tidak jauh didepannya. Seringainya semakin mengembang ketika ia melihat targetnya tepat berdiri di dekat kubangan air itu. Sulli, seorang gadis berseragam sama dengannya, rambut panjangnya dikucir ekor kuda, sedang berdiri tepat disisi kubangan air itu. Matanya berputar-putar seperti sedang mencari-cari.

Byuurrr

Sepeda Minho melaju diatas kubangan air itu. Membelah ditengahnya, sehingga airnya terciprat kemana-mana. Tepatnya, cipratan itu mengenai Sulli. Kini, gadis malang dan seragamnya itu benar-benar basah kuyup. Rambutnya, wajahnya, tangannya, kakinya, bahkan tas yang ia jinjing pun ikut basah. Minho berhenti tak jauh dari dari tempat kejadian. Seringainya hilang, digantikan tawa yang menggelegar.

“Hei! Choi Sulli! Kau kenapa?” tanya Minho mengejek ditengah-tengah tawa bahagianya.

“Choi Minho! Akan kuadukan pada ayahmu!” seru Sulli geram.

Sebenarnya Sulli memang sedang menunggu Minho. Setiap hari mereka berangkat dan pulang sekolah bersama. Sepulang sekolah tadi, Minho menyuruhnya untuk menunggu di gerbang depan sekolah. Dan Sulli hanya menurut. Ia tidak tahu kalau Minho akan mengerjainya seperti ini.

Sulli berjalan menghampiri Minho yang masih asik tertawa.

Bukk.

Dengan sekuat tenaga ia menghantamkan tas yang ia jinjing ke wajah Minho.

“Dasar jam weker gila! Dasar katak gila!” Seru Sulli sambil menendang-nendang sebelah kaki Minho yang menginjak tanah, menjadi sandaran sepedanya.

“Hei, hei. Sakit. Sudah, sudah! Maafkan aku.” Ucap Minho sambil menghindari tendangan gadis malang itu. “Besokkan libur. Tidak apa-apa kau basah juga.” Lanjutnya, kembali tertawa.

“Dasar bodoh! Kau membuatku terlihat konyol!” Sulli berhenti menendang. Ia menatap tajam wajah tak berdosa milik Minho itu.

“Omong kosong. Kau tidak terlihat buruk. Kau masih terlihat cantik. Percayalah.” Goda Minho sambil mengedipkan sebelah matanya.

Sulli tahu benar, itu hanya sebuah gurauan. Tapi dengar baik-baik, jantungnya mulai menggila. Jantungnya berdetak dengan kecepatan diatas normal. Sesaat, ia merasa tidak memiliki paru-paru karena tidak bisa menghirup udara.

‘Dia bilang aku cantik.’ Aspal jalanan yang dipijak Sulli, kini berubah menjadi awan putih –ia merasa sedang melayang. ‘Tidak! Itu hanya gurauan.’ Dan kini awan putih yang ia injak, kembali menjadi aspal jalanan –ia terjatuh dari langit. Menyedihkan.

“Terserah kau saja.” Gumam Sulli, mencoba menghilangkan kegugupannya.

“Cepat naik!”, perintah Minho. Seulas seringai kembali tersungging menghiasi wajahnya. Seharusnya Sulli mencurigai seringai itu. Tapi, ditengah-tengah debaran dalam tubuhnya yang tak jelas itu, membuat Sulli tidak memperhatikan seringai Minho.

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Sulli menurut dan duduk diboncengan sepeda tersebut. Minho kembali mengayuhkan pedal sepedanya. Kini lebih lembut. Sulli menatap punggung Minho. Punggung itu begitu lebar. Beban seberat apapun pasti terangkat olehnya. Tanpa disadari, Sulli tersenyum simpul. Pipinya memerah mengingat kata-kata Minho yang diucapakan beberapa saat lalu. ‘Dia bilang aku cantik.’ Batin Sulli.

Tunggu! Ada apa dengannya? Tidak. Gadis itu tidak boleh merasakan apa yang kalian pikirkan. Perasaan itu tidak boleh tumbuh dihati Sulli. Ia sangat bertentangan dengan perasaan itu. Sulli menggelengkan kepalanya. ‘Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku benar-benar mengutuk perasaan itu.’ Batinnya lagi.

Tiba-tiba, sepeda yang mereka naiki itu menjadi oleng. Hampir terjerumus kedalam parit disisi jalan. Kesadaran Sulli muncul sepenuhnya begitu saja. Sontak, Sulli memeluk Minho dari belakang. Menjadikan tubuh Minho pegangan agar ia tidak terjatuh.

Sepeda itu kembali berjalan dengan benar. Minho membuka mulutnya hendak tertawa. Namun terhenti ketika ia merasakan sebuah tangan melingkar dipinggangnya. Sulli memeluknya erat-erat dari belakang.

“Hei, hei! Lepaskan aku! Nanti bajuku ikut basah.” Seru Minho. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Sulli. Ia tidak mau seragamnya ikut basah.

“Kau memang gila! Kau sengaja biar aku masuk ke dalam parit itu, ya?!” seru Sulli. Ia malah mempererat pelukannya. Sengaja agar seragam Minho ikut basah.

Minho menghentikan sepedanya. Ia menurunkan standar sepedanya dan menyandarkannya disisi jalan. Ia langsung turun dari sepedanya dan menghindari Sulli yang masih duduk diboncengan itu. Kemudian tangannya meraba punggungnya. Benar saja, seragam bagian belakang itu sudah basah. Walaupun tidak sampai basah kuyup seperti seragam Sulli, tapi seragam bagian belakangnya itu sudah pasti kotor.

“Choi Sulli!” desis Minho penuh amarah.

“Itu belum seberapa, bodoh.” Sulli yang sudah turun dari sepeda itu, kini menatap Minho dengan tajam. Tak kalah marahnya dari Minho.

“Jadi kau mau seragamku juga basah sepertimu? Baiklah.” Minho mendekat kearah Sulli yang kini menatapnya bingung. Kilatan dimata Minho membuat Sulli gelisah dan harus dengan susah payah meneguk ludahnya. Kemudian tangannya terentang dan langsung menarik Sulli kepelukannya. Sulli terkesiap. Minho mendekap Sulli erat-erat, membuat gadis itu tercengang. Matanya hampir keluar dan jantungnya kembali berdetak cepat diatas normal. Sangat melebihi batas. “Kita impas.” Desis Minho disertai seringai —dan ia mempererat pelukannya.

Hari itu, mereka sampai kerumah dengan seragam basah dan kotor.

 

***

 

Sulli mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia melirik kearah jam wekernya yang berdenting beberapa detik yang lalu. Jarum jam menunjukan pukul 7.30. Artinya ia sudah terlambat sekolah. Tapi tunggu! Seharusnya weker itu tidak berbunyi pada jam segini. Oh, ya. Sulli lupa kalau hari ini adalah hari minggu. Menurut agendanya, matahari terbit pukul 7 pagi. Dan ia akan bangun setengah jam setelah matahari terbit.

Sulli mengeliat diatas ranjang yang telah lama menjadi teman tidurnya itu. Dengan susah payah, ia membangkitkan tubuhnya dari ranjang itu. Sulli duduk ditepi ranjang. Matanya menyipit, menghindari kontak langsung dengan sinar matahari pagi yang menyelinap masuk dari sela-sela tirai jendelanya. Ia merenggangkan tubuhnya sambil menarik semua kesadarannya mengumpul dalam raganya kembali.

“Sulli!” tiba-tiba seruan lembut dari seorang wanita tua terdengar dari balik pintu kamarnya. “Jam wekermu sudah berbunyi. Sebaiknya kau bangun sebelum jam weker yang lain berbunyi.” Sambung wanita tua itu.

Wanita tua itu adalah nenek Sulli. Sebenarnya bukan nenek kandung, melainkan nenek angkat. Ibu Sulli meninggal akibat kecelakaan jalan raya saat Sulli berumur sepuluh tahun. Sejak itu, nenek ini membawanya dan merawat Sulli seperti merawat cucunya sendiri. Nenek itu sendiri, tidak memiliki keluarga. Suaminya juga meninggal dalam kecelakaan yang sama yang dialami ibu Sulli. Dan dia tidak memiliki anak.

“Jam weker lain? Huh, lelaki gila itu…” umpat Sulli dalam gumamannya.

Detik berikutnya, ia berdiri dan mulai melangkah keluar kamar. Belum sempat tangannya menyentuh kenop pintu, suarau si jam weker lain itu telah memenuhi setiap sudut rumahnya.

“Choi Sulli! Cepat bangun! Sepedaku sudah siap!” Seru Minho, si jam weker lain itu.

Sulli mendesis. Kobaran api menyala-nyala dipupil matanya. Dengan sekali sentakan, Sulli membuka pintu kamarnya dengan kasar. Mulutnya membuka, hendak mengumpat. Namun terhenti ketika ia menyadari lelaki itu berdiri dengan jarak satu jengkal dari hadapannya. Sulli menelan ludahnya dan memundurkan tubuhnya kebelakang secara perlahan. Lagi, jantungnya berdetak dengan kecepatan diatas normal. Apalagi wajah lelaki itu benar-benar dekat dengan wajahnya. Sulli yakin, saat ini ia terlihat seperti lobster rebus.

‘Ada apa? Jantung ini kenapa? Apa ada kelainan pada jantungku? Mungkin besok aku harus mulai check up.’ Batin Sulli.

“Selamat ulang tahun, Ssul.” Ucap Minho sambil menyunggingkan seulas senyum lembut —Senyum lembut.

Tangan Minho yang disembunyikan dibalik punggungnya, kini terjulur kearah Sulli. Sebuah kue kecil dengan krim yang membentuk tulisan “Happy birthday Sulli” dan sebatang lilin kecil berwarna merah –beserta apinya– tertancap diatasnya, berada ditangan Minho. Senyum Minho semakin mengembang ketika ia melihat ekspresi terkejut Sulli yang menggemaskan. Minho terkekeh tanpa suara.

“A-apa ini?” tanya Sulli terbata-bata. Matanya tak beralih dari kue kecil yang disodorkan Minho itu.

“Hn- kue ulang tahun…” jawab Minho sembari mengangkat bahunya. “Oh, Sulli. Demi waktu, aku tidak tahu kalau kemarin kau ulang tahun. Tepatnya, aku tidak pernah tahu. Selama satu tahun kita saling kenal, baru kemarin malam aku tahu kalau kau berulang tahun kemarin. Nenekmu yang memberi tahuku. Sungguh, aku sangat menyesal. Maafkan aku.” Ujar Minho. Kali ini ia benar-benar tulus meminta maaf pada Sulli. Dia memang tipe manusia yang anti merusak hari istimewa orang lain. Kemarin itu, dia tidak tahu kalau Sulli sedang berulang tahun. Minho bersungguh-sungguh. Percayalah…

Minho dan Sulli saling mengenal sejak setahun yang lalu, saat Minho baru saja pindah kerumah barunya yang terletak tepat disebelah rumah Sulli. Mereka pertama kali bertemu, ketika Sulli sedang berjalan menuju sekolah yang tak jauh dari rumahnya itu. Kebetulan, Minho juga masuk kesekolah yang sama dengan Sulli. Dan Minho langsung saja menawari tumpangan berupa boncengan sepedanya. Sejak itulah mereka menjadi teman. Teman yang sering bertengkar, atau lebih tepatnya, seperti anjing dan kucing.

Sulli masih diam. Ia sibuk dengan pikiran, jantung, dan imajinasinya. Tidak lupa dengan ribuan pertanyaan yang mengantri sejak kemarin.

“Sebaiknya, kau ucapkan permohonanmu dan tiup lilinnya, sebelum tanganku keram dan menjatuhkan kue cantik ini.” Bisik Minho, yang mulai merasa pegal. Sebenarnya itu berlebihan.

Sulli sedikit tersentak dari lamunannya. Ia bergegas memejamkan matanya dan mulai mengucapkan permohonan dalam hatinya. Kemudian, ia meniup sepercik api yang menghinggap diujung sumbu lilin kecil itu hingga padam.

Tiba-tiba, nenek Sulli datang dari belakang punggung Minho sambil bertepuk tangan.

“Selamat ulang tahun, baby Ssul.” Ucapnya. Seulas senyum bahagia tersungging diwajahnya. “Kuharap, hadiahku kemarin lebih dari cukup.” Lanjutnya sambil memeluk Sulli penuh kasih.

“Oh, jadi Sulli sudah mendapat hadiah? Dan sekarang ia mendapatkan kejutan kecil dari laki-laki tertampan didunia. How lucky you are!” Seru Minho penuh percaya diri.

Nenek Sulli dan Minho tertawa bersama tanpa Sulli. Gadis yang masih malang itu melipat wajahnya hingga ratusan lipatan. Mengingat hadiah yang diberikan neneknya kemarin. Sungguh, bungkus kado itu sangat menarik. Dan isinya jauh lebih menarik. Percayalah, Sulli tidak akan memberitahu siapapun tentang ‘apa’ yang ada dalam bungkus kado itu.

“Berikan kue itu padaku!” Nenek Sulli langsung menyambar kue kecil ditangan Minho. “Saatnya kalian pergi. Toko nyonya Jung sudah menunggu kue-kue buatanku.” Ujarnya seraya berjalan kearah dapur. Meninggalkan Sulli dan Minho yang menatap lekat-lekat kue itu. Berharap kue itu akan masuk kedalam mulutnya, kemudian meluncur lewat kerongkongannya dan berhenti dilambung mereka untuk dicerna, kemudian masuk kedalam usus mereka untuk disaring dan…..lupakan.

“Kuharap kue itu masih utuh sampai kita kembali.” Gumam Minho disambut anggukan dari Sulli.

 

***

 

Minho menghentikan sepedanya di depan sebuah rumah besar bercat abu-abu. Seorang gadis dengan rambut panjang berwarna hitam, terlihat sedang asik menyirami tanaman dihalaman rumah itu. Sulli turun dari boncengan. Tangannya memeluk dua kantong berisi toples-toples kue yang dibuat neneknya.

“Hai, Krys.” Sapa Sulli pada gadis itu.

“Hai, Ssul.” Gadis yang disapa menoleh dan mendapati Sulli tengah tersenyum kearahnya. Ia melangkah kearah pintu gerbang dan membukanya. “Kue?” tanyanya ketika Sulli menyodorkan dua kantong yang ia peluk itu.

“Yap. Ini kue pesanan ibumu. Kuharap ini memenuhi pesanannya.”

Krystal mengambil dua kantong itu. Kemudian matanya melirik kearah Minho yang tengah berdiri disamping sepedanya. Wajah Minho datar menatap Krystal. Seketika wajah Krystal memerah. Ia buru-buru memalingkan wajahnya kearah lain.

“Kau kesini bersamanya?” bisik Krystal yang tengah tersipu.

“Oh? Maksudmu Minho? Ya.” Jawab Sulli setengah bingung.

“Jadi, kau mulai merencanakan pendekatanku dengannya, ya?” tanya Krystal lagi sambil tersenyum simpul.

“Apa?” tiba-tiba Sulli terpekik. “Maksudku, pendekatan apa?” Sulli memperbaiki nada suaranya. Ia sempat melirik kearah Minho yang tengah mengerutkan keningnya.

“Kau lupa? Minggu lalu, kan aku mengatakan padamu kalau aku menyukai Minho. Aku memintamu untuk mendekatinya denganku dan kau menyetujuinya. Bagaimana kau bisa lupa?” ujar Krystal dengan nada berbisik.

Sulli ternganga. Ia lupa. Tidak. Tepatnya, ia mengacuhkan ocehan Krystal saat itu. Ia tidak sadar kalau Krystal memintanya untuk mendekatinya dengan Minho dan ia mengangguk, mengiyakan. Bodoh! Gadis bodoh! Tapi, apa salahnya kalau Sulli melakukan itu untuk sahabatnya? Memang Minho punya hubungan apa dengannya sampai ia tidak rela Minho dimiliki orang lain? Tunggu! Tidak rela?

“Ah, ya. Aku lupa.” Ucap Sulli dengan tatapan kosong. Sebagian dari dirinya masih melamun. “Aku lupa memberi makan kelinciku. Aku harus kembali sekarang.” Lanjutnya dengan pandangan yang masih kosong. Ia seperti kehilangan jiwanya.

Krystal mengerutkan dahinya. “Sejak kapan kau memelihara kelinci?” tanyanya heran. Kemudian menghela napas panjang. “Lupakan. Kita bicarakan lagi nanti. Terima kasih sudah mengantar kuenya, teman.” Ucapnya sambil menyenggol bahu Sulli dengan bahunya.

Sulli berjalan kearah Minho yang menatapnya dengan kening berkerut. Namun Sulli tidak menyadari tatapan itu dan terus berjalan kearah Minho dengan pandangan kosong.

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Minho setelah Sulli berhenti melangkah dihadapannya.

Sulli yang setengah sadar, seketika tersentak. “Kita membicarakan kue.” Katanya cepat. “Ayo pulang! Aku lelah.”

Minho segera menaiki sepedanya, disusul Sulli yang duduk diboncengan. Minho mulai mengayuh pedal sepedanya. Pikirannya melayang pada tatapan Sulli yang kosong tadi. Minho bertanya-tanya apa yang sedang Sulli pikirkan? Apa yang Krystal katakan pada Sulli? Jujur saja, Minho sangat tidak menyukai Krystal. Gadis itu selalu menatapnya dengan tatapan mengerikan. Minho selalu berharap ia ditelan bumi setiap Krystal menatapnya. Oh, Minho tidak mau membayangkannya.

Sementara Minho sibuk dengan tatapan Sulli tadi, pikiran Sulli malah disibukan dengan perasaannya sendiri. Perasaan yang tidak pernah ia rasakan. Perasaan yang ia tidak mau merasakannya. Dan perasaan yang ia benci. Benarkah? Sulli cemburu pada kenyataan kalau sahabatnya, Krystal menyukai Minho? Karena dia juga menyukai Minho?

***

Sulli duduk di hamparan rumput hijau di sebuah bukit kecil tempat sumber mata air yang tidak begitu jauh dari perkomplekan rumah mereka. Senyumnya mengembang memandangi pemandangan disekitarnya. Sulli memejamkan matanya ketika angin kecil berhembus menerpa wajahnya. Minho yang sedang menyetandarkan sepedanya, tersenyum melihat Sulli. Gadis itu terlihat manis. Kulitnya putih bening seperti kristal salju, hidungnya mancung, matanya indah, dan bibirnya…

Minho meneguk salivanya, ketika menyadari dirinya terhanyut pada sosok bidadari yang ada dihadapannya. Ia berjalan pelan menghampiri Sulli, kemudian duduk disebelahnya. Ia juga ikut mengitari pandangannya di sekitarnya dan menyunggingkan seulas senyum.

“Indah?” tanya Minho, ketika ia mengalihkan pandangannya pada Sulli —sosok yang bahkan lebih indah dari pemandangan diatas bukit.

Sulli menoleh kearah Minho. Senyum lebarnya masih terulas dibibirnya. Kemudian ia mengangguk, mengiyakan. “Kenapa kau membawaku kesini? Tumben sekali.” Katanya. Lalu memandang kelangit.

“Itu…” Minho berhenti sejenak. “Aku ingin membandingkan dirimu dengan pemandangan disini.” Lanjutnya.

Sontak, Sulli menoleh lagi pada Minho. Kini dengan keningnya yang berkerut. “Maksudmu?”

“Banyak orang bilang, tempat ini adalah salah satu tempat dengan pemandangan terindah di daerah ini. Jadi, aku ingin membandingkannya denganmu yang menurutku jauh lebih indah.”

Tuhan, bisakah kau menyuplai lebih banyak oksigen? Karena saat ini, Sulli benar-benar membutuhkan lebih banyak oksigen. Apa ia salah dengar? Minho bilang apa tadi? Seseorang, bisa ulangi ucapan Minho tadi?!

“A-apa?” tanya Sulli meminta pengulangan.

Kini Minho yang mengerutkan dahinya. “Apa aku harus mengulanginya?” tanyanya dengan alis terangkat. “Baiklah. Intinya, aku bilang, kau lebih indah dari pemandangan disini. Bahkan lebih indah dari apapun dimataku.”

‘Sial! aku tidak boleh terbang hanya karena kalimat bodoh itu. Dia pasti ingin membuatku terlihat seperti lobster rebus.’

Sulli tertawa. Tertawa yang dibuat-buat, sehingga terdengar begitu hambar. “Aku tahu. Aku memang sangat indah.” Ucapnya ditengah-tengah tawa hambar yang melanda telinganya sendiri. ‘Kenapa suara tawaku terdengar aneh?’ batinnya.

“Aku tidak sedang bercanda, Ssul.” Minho menatap lurus kedalam mata Sulli. Membuat Sulli merinding. Namun Sulli menangkap kesungguhan dimata Minho.

“Lalu…” tanya Sulli. Ia sengaja menggantung pertanyaannya.

“Jangan benci aku kalau aku mengatakannya! Aku hanya ingin kau tahu.” Ujarnya. Mata yang memancarkan kesungguhan tadi, berubah menjadi kegugupan. Ya, Sulli bisa melihat betapa gugupnya Minho yang hendak mengatakan sesuatu padanya.

“Aku menyukaimu.”

Sulli hampir ternganga. Mata sipitnya kini membulat seperti mata katak —tak jauh berbeda dengan mata Minho. Jantungnya tak dapat menahan gejolak antara terkejut, bingung, gelisah, dan senang. Tunggu! Haruskah Sulli senang? Kenapa dia senang? Benarkah…

  • “Aku menyukai Minho. Kau bisa mendekatiku dengannya, kan? Kau kan berteman baik dengannya.”

Kalimat yang berusaha Sulli abaikan, kini terngiang dikepalanya. Kalimat yang tidak pernah ingin ia dengar, namun ia terlanjur mendengarnya. Apa yang salah dengan kalimat itu? Apa yang salah dengan Sulli? Bukankah ia tidak percaya cinta? Bukankah ia membenci cinta?

Mata mereka bersitatap. Waktu seakan berhenti. Hembusan angin menerpa kedua insan yang tengah bergelut dengan hati dan pikiran mereka itu.

***

Seoul, Korea Selatan

.

Minho melajukan ferrari putihnya diatas aspal jalan raya. Ia terlihat gagah dan tampan dengan kaos polos berwarna hitam yang membentuk tubuh kekarnya dan celana jeans berwarna midnight blue, dilengkapi dengan sebuah kaca mata hitam yang melindungi mata bulatnya dari terpaan sinar matahari.

Tujuan pertamanya, yaitu mengunjungi kantor Taemin. Setelah Taemin kembali dari Jepang beberapa waktu lalu, mereka berencana untuk memulai kerja sama perusahaan mereka. Ia sengaja datang secara langsung dengan tidak resmi. Selain membicarakan kerja sama itu, mereka juga berniat untuk berbincang-bincang sebagai sahabat yang telah lama tidak berjumpa. Walaupun di Jepang mereka sempat bertemu, tapi waktunya tidak cukup banyak untuk bersantai.

Minho memperlambat laju mobilnya ketika ponselnya berdering tiba-tiba. Ia melirik ponselnya dan melihat sebuah nomor tak dikenal, terpampang dilayar ponselnya. Kemudian ia menempelkan sebuah earphone ke telinga kanannya dan menjawab panggilan tersebut.

“Hei! Choi Minho! Kau pikir kau siapa?! Apa maksudmu mengganti nomor ponselmu?! Kau tidak mau berhubungan dengan kami lagi, begitu?! Kau berpikir kami ini penggangu?! Dasar katak rebus!” belum sempat Minho mengatakan ‘halo’, manusia diseberang sana sudah sudah memaki-maki duluan.

Minho menjauhkan earphonenya ketika manusia itu mulai teriak-teriak. Kemudian ia memasang kembali earphonenya, saat manusia itu mulai berhenti bicara.

“Hyung, ak…”

“Kau tidak ingat siapa yang memberimu contekan setiap ujian kimia? Aku! Yang mengorbankan kepalanya agar kepalamu tidak terkena lemparan bola bisbol? Aku! Aku banyak berkorban untukmu. Tapi inikah balasanmu?”

“Hyung!” gentak Minho. Seketika diseberang sana terasa senyap. Apa manusia itu mati karena gentakan Minho?

“Jinki hyung! Dengarkan aku! Pertama, aku ini Minho —kalau kau memang lupa siapa aku. Kedua, aku tidak mengganti nomor ponselku. Nomor yang lama selalu aktif, tapi aku jarang memakainya karena klienku lebih sering menghubungi nomor ponsel baruku ini. Dan yang ketiga, belakangan ini aku sangat sibuk. Tidak sempat menghubungi kalian.” Jelas Minho dengan suara tenang.

Tiba-tiba terdengar gelak tawa yang menggelegar diseberang sana. Jinki pasti sedang bahagia, karena Minho terprovokasi oleh aktingnya —lagi. Percayalah, ini bukan yang pertama kalinya.

“Ya, Tuhan. Kenapa aku mudah sekali tertipu?” gumam Minho.

“Jadi, bagaimana kabarmu, sobat?” tanya Jinki. Kini suasananya terasa nyaman dan damai.

“Baik.” jawab Minho singkat, padat, dan jelas.

“Singkat sekali. Setidaknya kau bertanya balik.” Geretu Jinki. “By the way, kau baru kembali dari Jepang, kan? Kau juga bertemu Taemin disana? Bagaimana keadaan Taemin dan Sulli di Jepang? Mereka hampir sama denganmu. Tidak mau memberi kabar sedikitpun pada sahabatnya disini. Betapa menyedihkan kami ini.”

Mendengar nama Sulli, Minho hampir tidak bisa bernapas. Ia merasakan sakit ketika melihat wanita itu di Jepang. Wajahnya pucat, tubuhnya mengurus, rambut panjangnya bergelombang seperti tidak diurus. Benar-benar menyedihkan. Apakah Sulli menderita selama menikah dengannya?

“Mereka baik. Aku sedang menuju kantor Taemin sekarang.”

“Begitu. Baiklah, Minho. Kita akan bertemu di kantor Taemin pada jam makan siang nanti. Aku masih memiliki banyak pasien disini. Jadi, kututup teleponnya, yah! Bye.”

Minho melempar ponselnya ke bangku mobil di sebelahnya ketika panggilan dari Jinki sudah terputus. Ia mendengus kesal, “Sahabat macam apa…” Gerutu Minho. Kemudian ia menginjak pedal gas dengan kasar.

to be continue…

103 thoughts on “Behind the Coincidence and Destiny [1/5]

  1. Wahh sulli eonni udah nikah sma tetem kah?
    Kirain sama minho oppa 😦
    Ciee masa mudanya bahagia bener kmna-mana boncengan naek sepeda nih MinSul 😳
    Sulli eonni sakit kenapa -_- semoga minho oppa bersatu lagi ama sulli eonni aminnn🙏

  2. Wahhh apa sulli menikahnya sama taemin??

    Apa sulli punya penyakit parah??

    Jadi, penasaran..
    Ditunggu kelanjutan ceritanya

  3. Wah minho muda ama sulli muda sweet banget ya naek sepeda berdua.dijailin.sullinya..aitzz..bentar2sulli ini nikah ama sapa si??taemin??jadi sedikit bingung lanjut part selanjutnya ya eonnie

  4. Waaaah dikira teh yang minum teh dan tempat senderan juga yang ngapus air mata sulli tu minhoppa, lah ngapa ternyata taemin lakinye 😞 pantesan baby sull sedih mulu nikahnyabhukan ama minhoppa huhuhu 😦
    Ih penasaran, jawaban sulli apa itu pas dulu minho bilang suka sama dia? Dia jawab iya apa engga karna gaenak ama krystal? Bisa ajah dia iyahin trus putus akhirnya nikahnya ama taemin tapi gatau juga deng haha
    Penasaran ngapa baby sull bisa ampe nikahnya ama taemin bukan minhoppa u.u
    Lanjut la thor next chapnya penasaran kelanjutannya gimana 😍 semoga ga banyak sedih sedihannya :’)

  5. Hmm… jadi Minho adalah cinta pertama Sulli demikian juga sebaliknya, lalu ada krystal di anatara mereka.
    Suami Sulli ? Kenapa aku merasa bahwa itu adalah Chi Minho ?
    Tetapi ada yang terjadi dalam perjalanan cinta mereka. Benarkah ?
    MOLA 🙂
    Hanya bisa menunggu dan melihat apa yang ada di benak authornya.
    Keep writing Rhaya, makin hari karya-karyamu makin hebat dengan diksi yang apik … Like it 🙂

  6. yeyyyy new fanfiction about minsulll..
    taemin suami dari sullikah? atau siapa? penasaran baru baca part 1, minho ditaksir sama krystal tapi minho suka sama sulli begitu juga sulli suka sama minho,.. h h h cinta segitigaaaa
    Lanjuttt minnn

  7. Kyak reply 1997 yah alurnya maju mundur #cantik
    bingungg nih siapa yg nikah ama sulli.. Taemin kah?? Jngan ah T..T
    trus krystal gmana?? Aduh plis jngan bilang T..T
    happy ending yah #maksa
    Semangat!!!

  8. Nih cerita maju mundur cantik yeh
    Bingung ama nih crita,abis minho nyatain prasaannya ama sulli,gimana respon sulli ??? Suami sulli siapa sih aku kok bingung,bang ming apa taemin ??? Trus sul skit apa smpek dia hrus nunguin sul pulih dulu ??? Anjirrrr bkin pnasaran nih crita,nggak sbr pngen tau klnjutannya
    Author bru yah ??? Slamat dtang disini nanti bkl bca komen2anku yg alay plus nggak mutu krna itu keahlianku
    Next yah,btw panggil siapa nih,eonni ??? Saeng ??? Aku line 96,slam kenal yah
    #LoveMinsul ^_~

    • Hihi makasih ucapan selamatnya, oenni. Tapi, aku bukan author tetap sih. Hehe Oenni panggil aku saeng yah… soalnya aku lebih muda dari oenni haha aku line 99… salam kenal^^

  9. sulli nikah sm siapa nih? taemin kah? sumpah ga relaaa jadi minho kaya apa? aduh penasaran eonnii. penasaran juga jawaban sulli pas minho nyatain perasaannya. semoga happy ending lah finghting!!

  10. Uwwaa kereen gw suka alur ff begini (y) :*
    Acciellaa minong bikin keslahan lg yahh???,isshh gara2 ingt kata2 krys,Sulli malah milihh ngk mw dngn minho 😦 okk visshh npa jg hrus dngn Taemin??,dia kan shbt minong,arrgghh bikin gw baper,Sumpehh :(;(

  11. Daebakk !!
    mianhe aku telat baca.. bingung nih mau panggil apa wkwk
    aku gatau umur authornya 🙂
    aku udah baca sebenernya baru sempet komen tau huhuhu -___-‘
    sulli nikah sama taemin yaa!! kenapa pas minho nyatain cintanya tau2 udah cerita yang sekarang aja..
    wah masa mudanya mereka penuh dengan keceriaan dan kejahilan mereka yaa seru banget..
    apalagi pas mereka sering boncengan naek sepeda,,
    pasti sulli engga nerima minho gara2 dia inget ucapannya krystal yang bilang dia minta dicomblangin sama minho,, nona jung kau merepotkan nih 🙂

  12. Ffbaru ini ceritanya bagus thor

    Minho oppa suka sama sulli eonni
    Gimana reaksi sulli eonni ya?
    Sulli eonni kan juga suka sama minho oppa
    Semoga aja mereka jadian

    Sulli eonni nikah sama siapa ya?
    Semoga sama minho oppa

    Penasaran sama part selanjutnya
    Lanjut thor ^^

  13. Masihkurang ngerti sma alur nya,, ini maju mundur alur nya..
    Masaa ya sulli udah nikah sma taemin???
    Yaelah aku kira sulli sma minho,, jd gmna sma hbungan minsull??
    Next chingu gomawo

  14. huaaaaa ff baru!!!! :* ^^ 😀
    tuh kan bener dugaan saya kalo suaminya sulli eonni itu taemin oppa! ><
    aduh kenapa nggak minho oppa aja sih! T_T
    minsul waktu masih jaman2 sekolah lucu banget sih,berantem2 tapi so sweet! ^^ 😀

  15. Waktu minho nembak, ditolak ya? Waduh. Andai aja gak ketemu krystal atau paling nggak sulli sedikit egois dan denger kata hati nya 😦 jangan Sad ending dong. Denger sulli gak ke urus aja udah baper. Semangaaaaat eon

  16. hai2…mian br baca ff ini
    ssul nikahnya sm taemin?koq bisa?
    kirain sm minho..

    bakalan bnyk flashbacknya ini yaa…

    trs sulli knp?
    sakit?
    hmmm..ada kemungkinan ga dia sm minho?
    >.<

  17. hah?
    si sulli nikahx ama siapa? am taemin? kog ns? pnsaran? awalx kog bkin pnsaran eonni,,,, tp sulli ap cinta am suaminya taemin?

  18. Kyyyaaa..itu knpa Sulli nikah ama taemin? Wae? Ada yg tda beres..
    Ternyata dri dlu MinSul udah saling suka…tapi knpa mreka nggk jadian yah?

  19. Anjir baru lihat nih ff -__- pembaruannya gak masuk ke email 😥 btw,MinSul cocwit ni yeee/? Kemana2 dibonceng ni yeee/? Eaaakkkk/? Sulli nikah sama Tetem apa Key ? ‘_’ entahlah Sulli jangan sama yang lain ya 😥 Sulli sama Minho aja ya 😥 /? Fighting thor!

  20. Wahh sulli eonni udah nikah sma tetem kah?
    Kirain sama minho oppa 😦
    Ciee masa mudanya bahagia bener kmna-mana boncengan naek sepeda nih MinSul 😳
    Sulli eonni sakit kenapa -_- semoga minho oppa bersatu lagi ama sulli eonni aminnn🙏

  21. haduh…jadi sebenarnya sully udh nikah ama spa nih????ama minho apa taemin nih… hadech mereka sma” dijepang sih… gpi bagus cjingu 🙂

Leave a reply to danin Cancel reply